Rabu, 29 Juni 2011

SUKUH : Misteri Piramida Terpenggal di Gunung Lawu

S I N O P S I S

S

elasa, 26 Februari 2008, Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, dan Penerima Nobel Perdamaian 2004, Wangari Maathai dari Kenya, berkumpul di satu titik di gunung es Kepulauan Svalbard-Norwegia, yang jaraknya sekitar 1100 kilometer dari pusat Antartika. Mereka menghadiri peresmian “Svalbard Global Seed Vault Project”, senilai US$9,1 juta, yang didanai Global Crop Diversity Trust—lembaga FAO (Food and Agriculture Organization) dan Biodiversity Internasional yang berbasis di Roma-Italia. “Svalbard Global Seed Vault” merupakan bangunan raksasa yang dikenal sebagai Doomsday Vault (Kubah Kiamat).

Kubah Kiamat dibangun di dalam perut bumi, di kedalaman 127,5 meter di perut sebuah gunung es di Kepulauan Svalbard-Norwegia, dekat ujung utara bola dunia. Kubah ini akan menyimpan cadangan bibit dari ratusan bank benih dari seluruh dunia, hingga terkumpul 4,5 juta sampel benih. Menurut keterangan resmi, Kubah Kiamat ini hanya menyimpan benih tumbuhan dan hewan, namun dicurigai, “Bahtera Nuh Abad Millenium” ini juga menyimpan benih manusia pilihan guna menghadapi bencana besar yang diyakini bakal menimpa bumi di masa depan.

Tahta Suci Vatikan berada di belakang pembangunan Kubah Kiamat tersebut. Sudah puluhan tahun, secara diam-diam, Tahta Suci Vatikan mempersiapkan diri untuk menghadapi nubuatan akhir zaman.

Specola Vaticana—Badan Observatorium Tahta Suci Vatican—yang berpusat di Roma, telah lama melakukan pengamatan pergerakan benda langit untuk mengantisipasi tanda-tanda datangnya akhir zaman. Mereka menempatkan ribuan orangnya untuk mengamati benda-benda langit ini dari berbagai belahan penjuru dunia, baik yang ditempatkan di badan observatorium milik pemerintah suatu negara atau pun atas nama lembaga penelitian independen. Yang tidak diketahui umum, pos-pos pengamatan yang tersebar di banyak titik di dunia itu selalu berada di lintasan Leylines.

Monica, Doktor Filsafat dari Milan University, telah enambulan terakhir bekerja mengamati langit malam di sekitaran Candi Sukuh dan Cetho. Perempuan tegap yang masih betah melajang di usia yang hampir menyentuh kepala empat ini, baru bergabung dengan Specola Vaticana setahun lalu dan langsung menawarkan diri begitu ada misi penelitian di Tanah Jawa.

Tanpa diketahui Monica, proyek bernama “Planeta Asterai” ini bukan sekadar mengamati benda langit, namun juga menjadi bagian dari proyek global dalam pemetaan koordinat Leylines guna menentukan Vortex Energi yang diyakini mampu membuka pintu langit. Vatikan tidak mau kecolongan dalam mengantisipasi akhir zaman. Mereka tahu, ada satu kelompok elit dunia yang juga melakukan hal serupa guna menyambut turunnya The Beast, musuh nomor satu dari Mesiah, sebagaimana yang telah dinubuatan dalam Kitab Wahyu 13: 16-18,

Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya, atau pada dahinya, dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain daripada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. Yang penting disini alah hikmat: Barangsiapa yang bijak, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia dan bilangannya adalah: 666

Vatikan tahu, ini peperangan abadi, antara kebaikan melawan kejahatan, antara cahaya melawan kegelapan, antara prajurit tuhan melawan tentara iblis. Vatikan tahu, musuh mereka selama berabad-abad berlindung di balik dinding benteng yang sangat rapat, kokoh, dan misterius: Illuminaty.

Namun satu yang tidak diketahui Vatikan. Profesor Monica ternyata diumpan oleh musuh mereka dan dimanfaatkan demi kepentingannya. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti penyingkapan berbagai misteri di sekitar Candi Sukuh, Cetho, Penataran, dan Pusat Mistis Tanah Jawa secara keseluruhan terkait dengan misteri Illuminaty, Leylines, dan Vortex Energi. [rizki ridyasmara]